Data Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) pada bulan Agustus 2015, menunjukkan bahwa sebanyak 39 persen penduduk Indonesia belum memiliki akses sanitasi yang layak, sehingga berdampak pada kualitas kehidupan. Minimnya akses sanitasi dan air bersih juga mempengaruhi kesadaran akan perilaku hidup bersih, termasuk mayoritas warga Desa Kedung Dalem dimana sebagian besar warganya mencari nafkah sebagai buruh tani atau nelayan musiman dengan pendapatan per hari yang tidak menentu dan masih melakukan aktivitas Mandi, Cuci, dan Kakus (MCK) di sungai yang kualitas airnya buruk. Anak-anak di lingkungan ini, yang seharusnya menjadi cerminan kesejahteraan suatu bangsa, juga menjadi rentan terhadap dampak dari hal tersebut dan dapat menghambat masa depan mereka.